Selasa, 23 Maret 2010

menimbang pentingnya kaligrafi dalam pembelajaran bahasa Arab, Al-Qur`an, dan seni Islam

Menakar arti penting dan peranan kaligrafi Arab dalam pembelajaran

Kegiatan berkaligrafi atau khat diberikan untuk menumbuhkan rasa keindahan dan artistik sehingga membentuk sikap kreatif, apresiatif dan kritis. Kaligrafi sebagai salah satu cabang seni Islam memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengalaman berapresiasi dan berkreasi serta menghasilkan suatu produk benda yang bermanfaat langsung. Perwujudan sikap kreatif, apresiatif dan kritis diperoleh melalui pembelajaran yang memuat aktifitas menanggapi dan berkreasi seni.

Kaligrafi di madrasah atau sekolah Islam dapat dijadikan salah satu pembelajaran tambahan wajib atau muatan lokal ataupun sebagai ekstra pilihan peserta didik yang mana sangat potensial untuk dikembangkan dan diajarkan kepada peserta didik yang dapat diampu oleh guru (khusus) mata pelajaran.

RASIONAL

Seni kaligrafi atau khat telah lama dikenal di negara kita dan telah diajarkan di beberapa pesantren dan sekolah agama. Dalam perkembangannya, banyak kegiatan yang telah melibatkan kaligrafi atau tulisan indah sebagai bagian kesenian Islam yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.

Dalam dunia anak-anak, kaligrafi bagi mereka merupakan salah satu penyaluran hobi dan bakat seni yang dapat diwujudkan menjadi hasil karya yang patut dipertimbangkan serta dapat dimanage menjadi sebuah kegiatan yang positif baik secara individu maupun berkelompok.

Kaligrafi juga dapat berperan membentuk kepribadian peserta didik secara menyeluruh, harmoni, mencakup logika, etika, estetika dan artistik dalam pengembangan kreatifitas, kepekaan rasa dan indera, serta beretika. Dan seni ini akan memenuhi kebutuhan perkembangan peserta didik dalam mencapai kecerdasan, emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan adversitas(AQ) dan kreativitas (CQ), serta kecerdasan spiritual dan moral (ESQ).

Kaligrafi bagi peserta didik di madrasah atau sekolah Islam terdiri atas seni menulis, mewarnai, serta berkarya yang memiliki keilmuan masing-masing dan disusun sesuai kebutuhan peserta didik mencakup: unsur-unsur, prinsip-prinsip, proses dan teknik berkarya, nilai budaya dan tidak mengesampingkan aspek fungsi, serta sesuai dengan konteks sosial-budaya masyarakat, menumbuhkan saling memahami, menghargai dan saling menghormati.

PENGERTIAN

Pembelajaran kaligrafi (khat) merupakan bentuk aktifitas fisik, sosial, psikologis, dan cita rasa keindahan. Aktifitas dan cita rasa keindahan tertuang dalam kegiatan berekspresi, berkreasi dan berkarya melalui bentuk tulisan, pewarnaan dan karya, yang mencakup tentang gagasan seni dan ketrampilan berkarya.

FUNGSI DAN TUJUAN

Pembelajaran kaligrafi memiliki fungsi dan tujuan menumbuhkembangkan potensi, sikap dan ketrampilan. Secara rinci, fungsi dan tujuan kaligrafi adalah:

1. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan peserta didik melalui penelaahan jenis, bentuk, dan sifat fungsi, alat, bahan, proses dan teknik dalam membuat prosuk karya seni.

2. Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresif, kepekaan rasa estetik, kreatif, ketrampilan dalam menghargai terhadap hasil karya seni.

3. Secara estetis, kaligrafi memiliki unsur keindahan, hias dan plastisitas bentuk serta kekayaan ragam aksesoris dan iluminasinya yang menumbuhkan rasa estetika yang mendalam.

4. Kejelasan tulisan dan keindahan kaligrafi memudahkan informasi dan komunikasi baik di kalangan guru maupun peserta didik.

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pembelajaran kaligrafi atau khat meliputi:

1. Pengetahuan dasar menulis indah arab terutama jenis naskhi (penulisan naskah) dan beberapa jenis khat yang disesuaikan peserta didik.

2. Praktek pewarnaan bentuk karya untuk menarik daya motorik peserta didik.

3. Pengenalan dan praktik kreatifitas dalam berbagai bentuk dan media.

4. Teknik pengemasan dan penyajian kaligrafi.

Materi diberikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik atau diarahkan agar senang terhadap mata pelajaran.

STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN

Kemampuan berkaligrafi yang dipilih dalam kompetensi dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peseta didik agar berkembang secara optimal, memperhatikan struktur keilmuan dan perkembangan kaligrafi saat ini, serta sifat esensial materi dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari. Secara rinci, standar kompetensi mata pelajaran ini adalah sebagai berikut:

1. Mampu memadukan unsur etika, estetika dan logika, meliputi persepsi, pemahaman, pengetahuan, analisis, evaluasi, apresiasi dan berproduksi melalui seni karya kaligrafi.

2. Memiliki kepekaan indrawi, perasaan estetis dan artistik melalui pengalaman bereksplorasi (penggalian), berekspresi dan berkreasi secara lintas bidang atau bentuk dalam mendukung kecerdasan emosional, intelektual, ketangguhan, moral dan spiritual sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

3. Mampu berkreasi dalam menulis dan bentuk karya dengan mengembangkan kemampuan perseptual, pemahaman, apresiasi serta kemampuan beraktifitas siswa dalam berkreasi seni.

4. Mampu menghargai karya sendiri dan orang lain serta keragaman bentuk

5. memiliki ketrampilan dasar dan mampu berkreasi berdasarkan inspirasi yang bersumber dari buku maupun metode yang diberikan dalam mengolah media seni.

6. Mampu mempergelarkan dan menyajikan seni menulis indah dan hasil karya di kelas dan di lingkungan sekolah/madrasah.

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN KALIGRAFI

Standar kompetensi mata pelajaran kaligrafi atau khat berisi sekumpulan kemampuan yang harus dicapai peserta didik selama menempuh mata pelajaran ini. Kemampuan ini berorientasi pada penyaluran perasaan estetis dan berkesenian melalui pengalaman berekspresi baik tulisan maupun bentuk kreatifitas seni kaligrafi disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Kemampuan tersebut secara terperinci meliputi:

1. Memahami cara pembentukan huruf Hijaiyyah baik di awal, tengah dan akhir dengan jenis khat naskhi (penulisan naskah) serta pengenalan jenis khat lain yang disesuaikan dengan jenjangnya.

2. Memahami dan menulis kata bahasa Arab, Mahfuzhat, ayat Al-Qur'an dan Hadits.

3. Memahami penyusunan huruf-huruf Hijaiyyah menjadi bentuk karya seni tulis indah.

4. Menerapkan kreativitas warna dalam kaligrafi.

5. Membuat karya kaligrafi dalam bentuk naskah (hitam-putih), hiasan, dekorasi maupun lukis kaligrafi disesuaikan dengan jenjangnya.

RAMBU-RAMBU

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kaligrafi:

1. Penyusunan silabus mengacu pada standar kompetensi mata pelajaran kaligrafi yang dibuat khusus dan memberikan penekanan pada penciptaan karya sesuai dengan kemampuan peserta didik. Urutan kompetensi dasar merupakan satu kesatuan yang utuh dalam satu tahun, diberikan secara bertahap dan sesuai dengan kemampuan peserta didik.

2. Metode pembelajaran, penilaian, dan alokasi waktu tidak dicantumkan agar memberikan kesempatan pada guru untuk dapat mengembangkan kurikulum secara optimal sesuai dengan kondisi setempat.

3. Kurikulum kaligrafi (khat) memuat praktik menulis, menghiasi, mewarnai dan teknik berkarya serta pengemasan dan penyajian yang baik dan tepat.

4. Materi disusun terpadu antar bidang tulisan, hiasan, pewarnaan dan pembuatan karya.

5. Pameran dapat dilaksanakan minimal satu tahun sekali.

6. Kreasi meliputi segala proses berkarya dari tingkat yang paling sederhana hingga yang paling kompleks disesuaikan dengan peserta didik.

7. Bentuk aktifitas berkarya harus memperhatikan hal-hal berikut: kemandirian, kerja sama, ketelitian, ketekunan, kerapian, kebersihan, kedisiplinan serta menekankan estetika, ekonomi, keterpakaian dan fungsi untuk memberikan "nilai jual"

PENILAIAN

Penilaian mata pelajaran kaligrafi dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tulisan dan hasil karya.

WAWASAN STUDI KALIGRAFI ARAB

WAWASAN STUDI KALIGRAFI ARAB MASA KINI

(Upaya Menggali Eksistensi Keilmuan Kaligrafi)


Oleh : Nurul Huda

Pendahuluan

Memahami eksistensi kaligrafi tidak hanya terpaku dalam bentuk hasil yang terpajang saja. Kaligrafi telah mendapat respon yang luar biasa dari para ilmuwan, seniman, maupun para pecintanya. Keleluasaan kajiannya sangat erat terkait dengan majunya ilmu pengetahuan atau sains, yang mana hal tersebut semakin menggugah rasa dan tindak kreativitas pengkajinya untuk mengembangkan wacana kedepan ataupun bagaimana kaligrafi telah membuktikan eksistensinya dalam bidang keilmuan yang lain. Paling tidak, dengan pemaparan realita yang ada dalam kaligrafi ini akan dapat menjadi sumbangan berarti bagi kajian lebih mendalam tentang kaligrafi.

Membidik Realita Kajian Kaligrafi Saat ini

Perkembangan seni kaligrafi saat ini kajiannya sudah mencapai pada dataran bagaimana eksistensi kaligrafi telah mampu berperan dalam bidang keilmuan lain yang mendukungnya, misalnya; Al-Qur’an, Hadits, Bahasa Arab, Pendidikan dan Pengajaran, Ekonomi, Eksakta, Filsafat, Identitas Sosial dan bahkan telah menjadi salah satu kajian seni yang menarik terutama dalam seni rupa. Fenomena perkembangannya di Indonesia diawali dengan peran beberapa kegiatan dan bentuk hasil karya yang terpampang. Bentuk kegiatan kaligrafi telah diadakan baik struktural maupun non-struktural, yakni seperti kegiatan musabaqah, pengajaran dan latihan dan pameran kaligrafi. Di sisi lain corak hail karya kaligrafi yang terpajang sebagai dekorasi masjid, panggung dan ruang juga ikut meramaikan suasana kaligrafi serta dalam naskah bukupun yang bertuliskan Al-Qur’an, Hadits, maupun terkait bahasa arab-tidak sedikit yang dapat kita nikmati proporsi bentuk hurufnya. Semuanya telah menarik banyak orang untuk lebih jauh mengetahui bagaimana sebenarnya realita yang ada dibalik huruf arab tersebut atau terangnya dalam wilayah keilmuan kaligrafi baik praktis maupun wacananya.

Banyak model para pengkaji keilmuan kaligrafi disini terutama dalam wacana kaligrafi kedepan, ada yang berangkat dari praktisi kaligrafi tradisional, seniman lukis, sastra, bahkan pengamat dari kalangan penikmat dan pecinta kaligrafi. Adalah menarik bila kajian kaligrafi dapat dipertemukan dengan keilmuan lain. Dimana sebuah proses integrasi keilmuan mutlak saling mendukung dan tidak ada bedanya dalam kewajiban untuk mendalaminya. Sedangkan model pemaparan gagasan dan ide tersebut tertuang dalam makalah diskusi, kuratorial pameran, buku kaligrafi khusus, jurnal ilmiah, hingga karya ilmiah kampus seperti skripsi, dan sebenarnya embrio kajian kaligrafi melalui skripsi ini sudah banyak dilakukan, namun hasil pemikiran mereka belum tersalurkan secara baik dan kontinyu karena belum adanya wadah yang menampung.

Bila menilik pada literatur yang berkenaan dengan sejarah kaligrafi lebih lanjut, bahwa fungsi atau motif awal kaligrafi pada masa shahabat Nabi adalah hanya sebagai dokumentasi wahyu- atau istilah yang dikemukakan oleh AD. Pirous sebagai media komunikasi. Artinya kaligrafi sebagai bentuk tulisan yang berstruktur dan berarti- sangat berperan dalam wilayah visualitas dan bahkan memengaruhi verbalitas wahyu. Perannya tidak hanya berhenti pada hal tersebut, akan tetapi bahwa visualitas wahyu yang ditorehkan oleh kaligrafi merupakan salah satu bentuk sebuah keagungan kitab suci al-Qur’an yang telah diwahyukan kepada nabi sekaligus rasul pilihan, yaitu Nabi Muhammad SAW. Tentang hubungan keduanya telah dikaji lebih dalam oleh Ilham Khoiri dalam buku Al-Qur’an dan Kaligrafi Arab- yang merupakan jelmaan karya skripsinya.

Kaligrafi masa sekarang ini juga telah menjadi sebuah ajang bergengsi atau media ekspresi seni yang luar biasa, dari sekedar bentuk tradisional dengan tinta hitam dan dengan ornamen arabesk hingga oleh para perupa ia mendapatkan polesan kombinasi desain dan tatawarna yang indah. Semuanya saling melengkapi dan hal ini juga perlu diketahui oleh seorang kaligrafer. Jadi, bukan alasan lagi sekarang untuk mengeklaim siapa yang paling benar sebagai khathath sejati, serta alasan untuk tidak mengkaji kaligrafi secara komprehensif, disebabkan lebih menyenangi bidang kajian kaligrafi tertentu. Hal ini akan dapat mengurangi aura kualitas karya kaligrafinya. Dan sementara ini proses pembinaan sebagai media ekspresi ini dapat diajarkan dan dibiasakan mulai anak menginjak umur empat tahunan dengan memberi materi dengan penekanan aspek bermain, mewarnai, hingga menulis sederhana. Langkah tersebut bila terus menerus dilakukan disertai dengan kesesuaian materi dalam tahapan pengembangannya, maka ketika sudah besar, ia akan menjadi pengkaji kaligrafi yang handal. Dan bahkan sangat dimungkinkan sebagai kader komprehensif dalm bidang kaligrafi. Kajian ini akan lebih terarah lagi bila terkait dengan dunia pendidikan dan pengajaran dengan segala perangkatnya.

Urgensi kaligrafi dalam kajian diatas merupakan bukti keterkaitannya dalam semua disiplin ilmu yang ada bahkan sangat dimungkinkan akan mampu mengarah pada wacana yang sangat bermanfaat seperti psikologi kaligrafi, filsafat seni kaligrafi meskipun hal tersebut perlu waktu dan dana besar untuk mewujudkannya. Bukan hal yang mustahil sekarang dan dua tahun kedepan kajian-kajian kaligrafi akan menembus dunia akademik khusus seperti Institut Kaligrafi, yang embrionya telah ada dalam jurusan bahasa dan sastra Arab- sebagai bagian mata kuliah 2 SKS, serta adanya model pembelajarannya yang telah dipraktekkan oleh lembaga yang dikelola oleh komunitas seperti Griya Seni Kaligrafi Arabiyaa Yogyakarta, meskipun masih secara sederhana dan baru mulai mengembangkannya, maupun telah digagas secara individual. Sebenarnya Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo telah membahas dan membuka kegiatan khusus kaligrafi secara akademik, akan tetapi belum terealisasi dengan baik.

Sebuah Tawaran Aplikatif

Dari dasar diatas dapat diletakkan bahwa wilayah studi kaligrafi saat ini merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan untuk menuju profesionalitas seorang khathath atau kaligafer, diantaranya;

  1. Sejarah

- Kaligrafi Arab memiliki rentetan sejarah panjang

- Urgensi sejarah sebagai dasar wujud (eksistensi) kaligrafi

- Aplikasinya dalam memengaruhi kaligrafer dalam berkarya

- Upaya studi tokoh-tokoh yang berperan dan pandangan-pandangannya

  1. Hubungan Kaligrafi dengan ilmu lain

- Al Qur’an

- Hadits

- Bahasa Arab

- Seni Rupa

- Filologi

- Metafisika/Spiritual

- Logika

- Eksakta

- Filsafat

- Ekonomi

- Sosial

- Psikologi , dan lain-lain

  1. Praktis; menekankan pembelajaran kaligrafi mengkaji bentuk, proses pembinaan huruf, manajemen penyusunan, dan teknis pelaksanaannya. Selain itu adalah pengkajian bentuk dan format pembelajarannya yang baik bagi kader baru atau menekankan pada manajemen berkaligrafi praktis. Dari dasar ini seseorang yang tekun akan dapat menemukan gaya tersendiri atau khas yang juga dilandasi keilmuan akan temuannya pada aspek sejarahnya, praktisnya, serta makna atau nilai yang terkandung di dalamnya.

  1. Makna atau Nilai; Yakni sejauh mana nilai yang ditawarkan oleh kaligrafi melalui simbol-simbol dari bentuk huruf, maupun dalam sebuah susunan. Adakah relevansinya dengan keadaan, situasi dan kondisi yang memengaruhinya, termasuk disini adalah keilmuannya. Setelah itu mengupas apa yang ada dalam tiap-tiap jenis khat.

  1. Studi khusus wacana dari pendapat atau hasil penelitian seseorang dalam kaligrafi yang menyangkut bagaimana wacana kaligrafi ke depan.

Dari keseluruhan wilayah studi kaligrafi diatas dapat dirangkum, bahwa kajian kaligrafi meliputi kajian secara mikro dan makro. Secara Mikro yakni kajian seputar praktik berkaligrafi hingga berkarya, sedangkan secara makro adalah dalam wilayah studi sejarah, hubungannya dengan ilmu lain, makna atau nilai, serta studi khusus wacana dari pendapat atau hasil penelitian seseorang dalam kaligrafi yang menyangkut bagaimana wacana kaligrafi ke depan.